Selasa, 07 Oktober 2014

A Little Story About Love (Shiel)

Title     : A Little Story About Love
Author : Anita Avianti
Cast     :
♡ Ashilla Zahrantiara
♡ Gabriel Stevent Damanik
♡ Agatha Pricilla
♡ Febby Rastanty
♡ Mario Stevano Aditya Haling
Genre : Romance

OOOoooOOOoooOOO

Cinta itu sempurna. Sesempurna ketulusan Romeo kepada Juliet, Sesempurna pengabdian Tinkerbell kepada Peterpan, Sesempurna keajaiban Cinderella, Namun, apakah cinta masih akan sesempurna itu bila Cinta tak terbalas kan ??

OOOoooOOOoooOOO

"Apa sih yang lo suka dari pemuda itu Shill ? Wajah? standar! Kaya? enggak juga! Punya motor keren? yang ada motor butut malah yang sering dibawa ke sekolah." ujar Pricilla. Berusaha untuk mencari dimana letak kelebihan dari pemuda yang di taksir sobat nya itu.

"Gue enggak tau." ujar Shilla polos.

Kedua bola mata beningnya tak pernah lepas dari pemuda yang kini tengah asik memperebutkan bola bersama teman-temannya itu.

"Pricil, cinta itu bisa hadir tanpa kita minta, lo jangan ngehakimin Shilla gitu dong! Mungkin Shilla masih belum ngerti sebenar nya dia itu suka, kagum atau benar-benar cinta sama kak Briel..." ujar Febby bijak, Pricilla mencibir.

"Feb sayang. Gue bukan mau ngehakimin Shilla tapi gue cum---"

"Eh lihat deh! Kak Briel lihat kearah kita loh tadi." potong Shilla sambil tersenyum senang.

Dan lagi-lagi tatapan mata nya hanya menuju ke arah Kak Gabriel or Briel yang kelihatan masih sibuk mengambil bola dari tim lawan.

Febby hanya bisa tersenyum melihat perilaku sahabatnya yang bisa cukup di bilang norak! Ehmm atau bahasa halus nya efek dari kesenangan?

Sementara Pricilla tetap pada pendirian kokohnya. Bahwa Shilla hanya kagum pada sosok Kak Briel yang menurutnya. Enggak banget itu!

OOOoooOOOoooOOO

"Hai kak Briel..." sapa Febby saat Gabriel berjalan melewati tempat dirinya, Shilla dan Pricilla duduk.

Shilla sudah menahan senyumnya sejak awal. takutnya buncahan kesenangan akan meledak begitu saja dihadapan pemuda yang di kaguminya itu. Bisa mendadak ilfeel nanti Kak Gabriel.

Sementara yang di sapa hanya menatap ke arah mereka bertiga -lebih tepatnya kepada Febby dan Shilla- lalu melanjutkan perjalanan nya yang sempat di hadang oleh Febby.

"Ciihh sombong benar tuh orang." cibir Pricilla.Merasa tak terima karena orang yang di kagumi nya dihina Shilla pun mulai protes.

"Bukan sombong. Cuma kan dia enggak kenal kita, jadi wajar lah tingkah dia kayak gitu.."

"Shill gw tau lo itu masih polos, polos banget malah. Dan itu yang ngebuat gue pengen ngelindungin lo. Apalagi dari cowok-cowok tipe Kak Briel gitu." ujar Pricilla.

"Gue tau Pricil, sangat amat tau malah. Tapi lo bisa lihat kan kalau gue baik-baik saja? Tolong... Biarkan bunga-bunga di hati gw tumbuh hingga bermekaran karena di tanami benih benih cinta oleh Kak Briel." ucap Shilla pelan. Mata nya menatap lurus, mencoba untuk menembus kedua bola mata milik Pricilla.

"Tapi Shill---"

"Please Pricil biarkan Shilla bisa merasakan indahnya cinta." potong Febby.

Shilla mengangguk penuh semangat. Bermaksud untuk membenarkan ucapannya Febby serta merubah pandangan Pricilla.

"Baiklah, tapi lo harus janji sama gue, buat nyabut bunga itu sendiri saat bunga itu layu karena tidak diberi pupuk, bukannya malah memohon pupuk untuk terus memupuknya." Ujar Pricilla yang dijawab Shilla dengan sebuah anggukan mantap.

OOOoooOOOoooOOO

"Sorry Feb, gue enggak bisa dapatin nomor telponnya Gabriel." Ujar Rio dengan mimik wajah meminta maaf nya

"Kok bisa enggak dapet dah kak?" tanya Febby yang kelihatan tidak terima bila Rio hanya datang dengan tangan kosong, tanpa membawa oleh-oleh berupa nomor handphone Gabriel.

"Yah bisa lah... Semua itu kan tergantung dia nya sendiri mau ngasih apa enggak." jawab Rio enteng.

"Oh... Yaudah deh" ujar Shilla dengan senyuman manis menghias di wajahnya. Namun sebenarnya dalam hati gadis itu ada sebersit rasa kecewa. Kecewa yang sedikit menorehkan sedikit luka di hati nya.

OOOoooOOOoooOOO

"APA?? LO NEKAT BANGET! SUMPAH!!!" ucap Febby dan Pricilla kompak.

"Abisan... Udah lah gw capek tau! Lagian gw udah minta sama banyak orang dan sampai sekarang pun enggak dapat nomor handphone dia! Cara terakhir yah.. Minta langsung." ujar Shilla mencoba mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Dan kalian berdua harus nemenin gw..." lanjut nya mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Febby dan Pricilla saling menatap kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

Sahabat mereka yang satu ini benar-benar nekat! Ampun-ampun deh. Batin mereka berdua kompak!

OOOoooOOOoooOOO

"Eh eh girls gw ke toilet dulu yah. Mendadak kebelet pipis nih." ujar Shilla.

Sontak Febby dan Pricilla menghentikan langkah nya.

"Ah lo dasar. Grogi pasti nih gara-gara mau ketemu Kak Gabriel." Goda Febby.

"Apaan dah lo Feb? Gaje dah."

"Yaudah sana cepat ke toilet! Ntar kalau keluar di sini bisa berabe! Mau ditemenin enggak?" tanya Pricilla.

"Enggak usah gw bisa sendiri!" setelah mengucapkan kata-kata itu Shilla sudah berlari menuju toilet perempuan yang memang letaknya cukup jauh dari tempatnya berada.

OOOoooOOOoooOOO

"Akhirnya selesai juga..." gumam Shilla.

Gadis itu mengelap tangan nya dengam tissue yang memang sudah tersedia di kamar mandi.

Kemudian gadis itu beranjak keluar toilet.

"Yel, emangnya lo enggak tertarik sama anak kelas satu itu?" samar-samar Shilla mendengar sebuah suara saat dirinya baru keluar dari dalam toilet.

Yel. Gabriel. Briel. Nyambung kan? Jangan-jangan dua orang yang lagi berbincang itu salah satu nya ada Gabriel lagi!

Suara nya dari dalam toilet laki-laki. Berarti saat Shilla hendak keluar dari toilet perempuan. Gabriel dan teman nya hendak masuk ke dalam toilet laki-laki. Memang toilet perempuan dan laki-laki di sekolah ini di buat bersebelahan. Tujuan nya sih emm enggak ada tujuan apa-apa juga sih sebenarnya.

"Tapi Yel, gw bingung dah sama lo. Kenapa lo enggak kasih aja nomor handphone lo ke tuh anak kelas satu?" tanya suara itu.

Terdengar suara air keran mengalir. Berarti mereka sedang mencuci tangan. Sepertinya!

"Dia bukan tipe gue..." Nah, ini benar suara Gabriel. Walaupun Shilla tidak pernah mengobrol dengan Gabriel secara langsung tapi dia sangat hafal dengan suara milik pemuda itu.

Berarti tidak salah lagi salah satu pemuda yang berada di dalam toilet ini adalah Gabriel.

"Alah... Gaya lo pake bukan tipe gue segala! Padahal juga lo kalau milih cewek juga asal." cibir suara itu sambil tertawa pelan.

Gabriel Menatap pantulan diri nya di cermin. Sambil mencuci wajah nya yang terlihat kusam. Mungkin karena terlalu lama mendengar pidato panjang milik Pak Ramzi. Guru bahasa Inggris nya.

"Terserah apa kata lo aja dah... Yang pasti gue ogah kalau musti ngasih nomor handphone gue ke dia! Emang dia pikir dia siapa gitu? Ratu? Pake nyuruh-nyuruh orang buat minta nomor gue lagi!" ujar Gabriel dengan penekanan kata.

"Jadi lo maunya dia yang minta nomor lo secara live gitu? Dia cewek woy. Punya malu kali..." ujar suara itu lagi.

Hey. Seperti nya Shilla jadi mengerti kemana arah pembicaraan ini. Jangan bilang kedua kakak kelasnya itu sedang membicarakan diri nya? Kalau iya. Enggak gentle banget sumpah!

"Nah itu juga masalahnya. Gue risih tau di panggilin teman-teman dia kaya gitu... Gue jadi berasa artis saat lewat depan kelas dia atau tempat saat dimana dia ada. Apa dia enggak malu apa?"

"Tapi kan yang panggil-panggil nama lo ama ngegodain lo kan teman-teman dia. Bukan dia nya.."

"Sama saja tuh menurut gue! Udah ah pokoknya gue enggak mau ngasih nomor handphone gue ke dia! Mau sekalian dia ngemis ngemis di kaki gue pun enggak akan gue kasih.!"

"Parah lo! Entar kalau orangnya dengar gimana?"

Seakan tak kuat dengan semua ucapan yang di dengarnya Shilla pun segera meninggalkan tempat itu. Tentunya dengan membawa luka. Luka yang mengakibatkan goresan di hatinya. Goresan yang kemarin masih cukup terbilang kecil dan sekarang malah terbuka dengan lebar dan makin melebar.

Shilla mengerti sekarang. Mungkin ini yang dimaksud Pricilla. Ternyata saat Bunga nya perlahan mulai bermekaran tiba-tiba saja dicabut secara paksa oleh orang yang telah menanam benih itu sendiri. Dan ternyata dia baru tau sekarang sakit nya seperti apa. Dan rasa nya benar-benar sakit sekali!

OOOoooOOOoooOOO

To : Gabriel Stevent Damanik

Hai kak Briel, aku Shilla..
Aku adik kelas kakak. Maaf sudah lancang karena aku menyukai kakak,aku tau aku tak akan pernah pantas untuk kakak,
Mungkin aku bagai Punguk Merindukan Bulan..
Aku sadar itu, rasa sukaku ke kakak mungkin tak sebesar rasa cinta Romeo-Juliet atau Rama-Shinta..
Tapi rasa ini sederhana kak!!!
Sesederhana penampilan Cinderella sewaktu menjadi Upik Abu,
Sesederhana penampilan Belle sewaktu tinggal dengan ayah nya..
Karena, cinta sederhana ini nantinya akan tumbuh menjadi lebih indah.
Seperti Cinderella maupun Belle yang dapat menemukan kebahagiaan nya..
1 hal yang harus kakak tau.Aku enggak pernah menyesal karena telah menyukai kakak Love You kak Briel...

From : Ashilla Zahrantiara

END


Sekedar inpo aja nih, cerpen gw yg ini udah pernah gw post difb 'Ashilla Gabriel Fbfc' tp waktu itu engga sempet gw edit, jd berantakan. Dan sekarang ini yang baru gw edit. Ohya izin pakai poto editan shiel ya. Itu poto gw nemu digoogle jd ga tau orang yg ngeditnya--v

Mau kasih tau lagi, ini sebenernya real story, cuma gw ubah dikit. Ahhh jd flashback kan? Intinya gw bikin ini sambil ngebayangin kaka item :(
Jangan copy paste please :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar